Asal-Usul Nama Kalimantan tidak begitu jelas, Sebutan "Kelamantan" digunakan di Serawak untuk manyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu diwilayah utara pulau ini. Menurut Crowfurd, Kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (mangifera) Sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga, Namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer. Mangga lokal yang disebut "Klemantan' ini sampai sekarang banyak terdapat dipedesaan, didaerah ketapang, kalimantan barat dan sekitarnya.
Menurut C. Hose Dan Mac Dougall, "Kalimantan" Berasal dari nam-nama enam suku-suku setempat, yakni Iban (Dayak Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak Darat), murut Dan Punan. Dalam Karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose Mengatakan, klemantan Adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa melayu yang berasal dari india (malaya berarti gunung).
Pendapat lain menyebutkan bahwa kalimantan atau klemantan berasal dari bahasa sansekerta, Yaitu "Kalamanthana" Artinya pulau yang udaranya sangat panas atau membakar. "Kala (musim / Waktu), Manthana (Membakar). Karena Vokal "a" Terakhir Pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, Maka kala manthana diucapkan kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli klemantan atau Quallomontan Yang akhirnya diturunkan menjadi kalimantan. Terdapat 3 Kerajaan Besar (induk) dipulau ini, Yaitu Borneo (brunei / Barune), Succadana (Tanjungpura / Bakulapura) Dan banjarmasin (Nusa Kencana). Penduduk Kawasan timur pulau ini menyebutnya "Pulu K'lemantan", Orang Italia Mengenalnya "Calemantan", Namun Jika ditilik dari bahasa jawa, nama kalimantan dapat berarti "Sungai Intan".
Sepanjang Sejarahnya, Kalimantan Juga dikenal dengan nama-nama lain. Kerajaan Singasari Misalnya, Menyebutnya "Bakulapura" Yaitu jajahannya yang berada dibarat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa sansekerta artinya "Pohon Tanjung" (Mimusops Elangi) sehingga bakulapura mendapat nama melayu menjadi "tanjungpura" Artinya Negeri / Pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara kerajaan Majapahit didalam "Kakawin Nagarakretagama" yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "tanjungnagara" yang juga mencakup pulau filipina seperti saludung (manila) dan kepulauan Sulu.
Hikayat banjar, Sebuah Kronik Kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, Tetapi naskah hikayat banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, Didalamnya menyebut pulau Kalimantan dalam Nama melayu Yaitu pulau "Hujung tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahuli kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan pegunungan meratus dengan daratan yang berujung ditanjung selatan yang menjorok kelaut jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari semenanjung malaka yaitu negeri johor yang disebut "ujung tanah" dalam naskah-naskah kuno melayu. Wilayah ujung tanah inilah yang bersetentengan dengan wilayah majapahit dijawa timur sehingga mendapat nama tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung / semenanjung.
Sebutan "Nusa Kencana" Adalah sebutan pulau kalimantan dalam naskah-naskah jawa kuno seperti dalam ramalan Prabu Jayabaya dari masa kerajaan kediri, tentang akan dikuasainya tanah jawa oleh bangsa jepang yang datang dari arah Nusa Kencana (Bumi Kencana). Memang terbukti, Sebelum menyeberang ke jawa, tentara jepang terlebih dahulu menguasai ibukota kalimantan yang pada saat itu adalah banjarmasin. Nusa Kencana sering juga digambarkan sebagai tanah sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa diseberang tanah jawa. Ditanah sabrang inilah terdapat tanah dayak yang disebutkan dalam serat maha parwa.
Sebutan-sebutan lain antara lain : "Pulau Banjar", Raden paku (Kelak disebut sebagai sunan giri) diriwayatkan pernah menyebarkan islam di pulau banjar, Demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-krajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan kesultanan Banjar, "jawa besar" sebutan dari Marco Polo Penjelajah dari Itali. Atau dalam Bahasa Arab "Jaba daje" artinya "jawa di utara (dari Pulau Madura) Sebutan Dari Suku Madura Terhadap Pulau kalimantan baru pada abad Ke-20.